UNESCO 2025: Program Makan Bergizi di Sekolah Dapat Meningkatkan Kehadiran dan Prestasi Belajar
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dimulai pada 6 Januari 2025 dan hingga kini masih dalam tahap evaluasi. Salah satu fokus utama adalah memastikan pemenuhan kebutuhan gizi yang seimbang bagi para penerima manfaat. Namun, apa dampak yang dapat diukur dari program ini?
Secara keseluruhan, karena program ini baru berjalan kurang dari 100 hari, masih terlalu awal untuk melakukan analisis mendalam. Walau demikian, manfaat serupa dari program makan bergizi dapat dilihat di negara-negara lain yang sudah lebih dulu menerapkannya.
Laporan terbaru dari UNESCO yang berjudul “Pendidikan dan Gizi: Belajar dan Makan dengan Baik” pada 2025, menganalisis hubungan antara pendidikan dan gizi dalam kerangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Menurut laporan tersebut, untuk mengatasi tantangan industri pangan dan mendukung pertanian berkelanjutan, diperlukan keterampilan lanjutan yang bisa diperoleh melalui pendidikan tinggi, pelatihan petani yang efektif, serta keahlian profesional.
Sementara itu, ketahanan pangan dan perbaikan gizi diharapkan dapat memperkuat capaian di bidang pendidikan.
Evaluasi Dampak Program Makan Bergizi di Berbagai Negara
Laporan UNESCO yang dirilis pada 26 Maret 2025 mencatat hasil evaluasi program makan bergizi di sekolah yang telah dijalankan di sejumlah negara sejak 2017 hingga 2024. Berikut adalah beberapa hasil dari evaluasi tersebut:
- Peningkatan Kehadiran dan Prestasi Belajar Laporan menunjukkan bahwa akses universal terhadap makanan bergizi di sekolah berkontribusi pada peningkatan kehadiran di sekolah dan hasil belajar. Diperkirakan, setiap USD100 yang dibelanjakan untuk makanan bergizi per anak di negara-negara berkembang dapat meningkatkan kinerja akademik hingga setengah tahun lebih baik dan prestasi membaca serta matematika sebesar 0,20 standar deviasi.
- Mengurangi Dampak Malnutrisi dan Meningkatkan Lulusan Program-program yang ditargetkan untuk mengatasi malnutrisi terbukti memiliki dampak jangka panjang. Di India, evaluasi program yang memberikan suplemen protein-energi menunjukkan peningkatan kemungkinan anak-anak menyelesaikan pendidikan menengah hingga 9% lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menerima program tersebut.
- Mengubah Pola Makan dan Gaya Hidup Studi di Ethiopia, India, Peru, dan Vietnam menunjukkan bahwa anak-anak yang pulih dari stunting pada usia 8 tahun menunjukkan kemampuan lebih baik dalam matematika, membaca, dan kosa kata. Selain itu, ada hubungan yang jelas antara kerawanan pangan dan penurunan skor matematika serta membaca.
Kekurangan dalam Pelaksanaan Program di Berbagai Negara
Menurut laporan tersebut, negara-negara berpendapatan rendah dan menengah sering kali menghadapi tantangan besar dalam pendanaan program makan bergizi. Misalnya, di Republik Afrika Tengah, meskipun ada program makan bergizi yang dikembangkan, terbatasnya pendanaan menghambat perluasan cakupan program.
Dampak Program di Indonesia
Di Indonesia, program makan bergizi telah dianalisis, terutama bagi ibu hamil dan melalui program pendidikan gizi. Studi pada tahun 2019 menunjukkan bahwa ibu hamil yang menerima pendidikan gizi interaktif memiliki peningkatan yang signifikan dalam pengetahuan dan praktik gizi.
Untuk program makan bergizi di sekolah, beberapa wilayah di Indonesia mulai merasakan manfaatnya. Salah satunya di SMA Negeri 10 Surabaya, di mana siswa mengaku merasa terbantu dengan adanya makan siang gratis, terutama bagi mereka yang memiliki uang saku terbatas.
Dengan data yang terus dikumpulkan, pemerintah Indonesia berharap program ini dapat meningkatkan gizi siswa, mendukung prestasi akademik, dan memperbaiki kesehatan secara keseluruhan.