https://acompanhanteslisboa.net

Perubahan SPMB 2025: Pakar Pendidikan Soroti Penghapusan Sistem Zonasi dan Implikasinya

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) pada tahun 2025 mengubah sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) menjadi Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB). Salah satu perubahan signifikan adalah penggantian istilah zonasi dengan domisili sebagai kriteria penerimaan murid baru.

Pakar Pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Achmad Hidayatullah, atau yang lebih akrab disapa Dayat, menyampaikan pandangannya terkait penghapusan sistem zonasi. Dayat menilai bahwa sistem zonasi sebelumnya cukup efektif dalam memastikan pemerataan pendidikan, dengan memberikan kontrol pemerintah untuk menyebar pemerataan akses pendidikan ke seluruh wilayah.

Menurut Dayat, jika sistem zonasi dihapus, kesenjangan pendidikan akan kembali terlihat, terutama antara sekolah unggulan yang lebih banyak menerima siswa dari keluarga kelas atas dan sekolah biasa yang lebih banyak menerima siswa dari keluarga kelas bawah. Ia khawatir hal ini akan memperburuk ketimpangan pendidikan di Indonesia.

“Keberadaan sekolah unggulan selama ini menguntungkan karena banyak siswa dari kalangan ekonomi atas, sehingga guru-guru di sekolah tersebut harus bekerja lebih keras. Hal ini tentunya tidak ideal untuk masa depan pendidikan Indonesia,” ujar Dayat.

Namun, ia juga menekankan pentingnya pengawasan terhadap distribusi guru di sekolah-sekolah. Banyak sekolah unggulan negeri yang memiliki guru berkualifikasi tinggi, sementara beberapa sekolah lain kekurangan tenaga pengajar. Oleh karena itu, penguatan kualitas guru di seluruh jenjang pendidikan sangat diperlukan.

Di sisi lain, Dayat mengapresiasi kebijakan pemerintah yang membantu siswa yang gagal seleksi PPDB dengan memberikan akses ke sekolah swasta, biaya ditanggung oleh pemerintah. Kebijakan ini dianggap sebagai bentuk keadilan dan memperluas akses pendidikan kepada semua lapisan masyarakat.

“Ini juga memberikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan kepercayaan diri, terutama melalui bantuan pemerintah meski mereka bersekolah di swasta. Siswa akan merasa diperhatikan dan memiliki kesempatan yang sama untuk sukses,” tambahnya.

Dayat menambahkan, bantuan pemerintah kepada siswa yang bersekolah di sekolah swasta juga mencerminkan penerapan teori social cognitive yang diajukan oleh Bandura, yaitu bahwa keyakinan diri siswa atau self-efficacy dapat dipengaruhi oleh dukungan eksternal, seperti bantuan pendidikan dari pemerintah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *