Ubed Kepala Sekolah Muda Yang Berani Membawa Perubahan Pada Pendidikan
Pada 2 Desember 2024, Ubaidillah Fatawi, seorang kepala sekolah muda di sebuah sekolah dasar di daerah pedalaman, mencuri perhatian dengan visinya tentang pendidikan yang berbasis humanis. Ubed, yang baru berusia 30 tahun, berhasil membawa angin segar dalam dunia pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Dengan pendekatan yang mengutamakan kehangatan dan empati, ia tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis, tetapi juga pada perkembangan emosional dan sosial siswa.
Ubed memiliki keyakinan bahwa pendidikan tidak hanya soal mengajar, tetapi juga soal memahami dan mendampingi siswa dalam setiap tahap perkembangannya. Ia mengusung konsep pendidikan yang berfokus pada kesejahteraan mental dan emosional siswa. Dalam visinya, setiap siswa harus merasa dihargai, didengarkan, dan diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan potensi diri mereka. Untuk itu, Ubed mengedepankan pendekatan humanis yang mengutamakan hubungan yang baik antara guru dan siswa, serta membangun lingkungan belajar yang positif dan inklusif.
Di bawah kepemimpinannya, Ubed membuat beberapa perubahan signifikan dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Salah satunya adalah penerapan kelas bimbingan emosional yang diadakan setiap minggu, di mana siswa dapat berbicara tentang masalah pribadi mereka atau berbagi pengalaman. Selain itu, Ubed juga menekankan pentingnya komunikasi terbuka antara guru, siswa, dan orang tua. Hal ini bertujuan untuk menciptakan rasa saling percaya dan mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh, baik dalam hal akademik maupun sosial.
Ubed juga meluncurkan berbagai program inovatif untuk mendukung pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai humanis. Program seperti “Guru sebagai Teman” dan “Sekolah Ramah Anak” menjadi kunci dalam menciptakan atmosfer yang lebih dekat antara siswa dan guru. Melalui program ini, para guru tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendamping yang siap mendengarkan dan membantu siswa yang menghadapi kesulitan, baik itu dalam belajar maupun masalah pribadi mereka. Program-program ini sangat sukses dalam meningkatkan kedekatan antara siswa dan guru, serta menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan.
Meskipun berhasil menerapkan pendekatan humanis, Ubed mengakui bahwa tantangan terbesar dalam menerapkan pendidikan berbasis humanis adalah perubahan mindset di kalangan guru dan orang tua. Banyak orang yang masih berpegang pada konsep pendidikan yang terlalu mengutamakan nilai akademis dan kurang memperhatikan kesejahteraan emosional siswa. Oleh karena itu, Ubed berencana untuk terus mengadakan pelatihan bagi para guru dan melibatkan orang tua dalam setiap langkah pendidikan anak. Ia juga berharap, dengan adanya pendekatan humanis ini, sekolah-sekolah lain dapat meniru model yang sudah diterapkannya.
Ubed adalah contoh nyata dari seorang pemimpin muda yang berani membawa perubahan dalam dunia pendidikan. Dengan visi pendidikan berbasis humanis, ia telah berhasil menciptakan lingkungan belajar yang lebih peduli terhadap perkembangan emosional dan sosial siswa. Melalui pendekatan yang lebih personal dan mendalam, Ubed berharap dapat mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang tinggi. Ini adalah langkah penting dalam menciptakan pendidikan yang lebih holistik dan berbasis pada kebutuhan setiap individu.