Tekanan Ganda: Harga Minyak Merosot Akibat OPEC+ dan Konflik Dagang AS-China
Harga minyak dunia kembali mencatat penurunan signifikan pada perdagangan Rabu waktu Amerika Serikat atau Kamis (24/4/2025) waktu Indonesia. Pelemahan ini didorong oleh kekhawatiran pasar terhadap potensi peningkatan produksi dari kelompok OPEC+ dan ketegangan dagang yang kembali memanas antara Amerika Serikat dan China. Kombinasi kedua faktor ini memicu kekhawatiran akan kelebihan pasokan di tengah permintaan global yang belum sepenuhnya pulih.
Harga minyak Brent untuk pengiriman Juni ditutup turun hampir 3% ke posisi US$66,16 per barel. Sementara itu, harga minyak acuan AS, West Texas Intermediate (WTI), juga jatuh lebih dari 3% menjadi US$62,26 per barel. Penurunan ini memperpanjang tren negatif sejak awal April, di mana Brent telah kehilangan lebih dari 11% dari puncaknya bulan ini.
Tekanan datang dari sinyal bahwa beberapa negara anggota OPEC+, seperti Irak dan Uni Emirat Arab, mulai menunjukkan ketidakpuasan terhadap pembatasan produksi yang berlaku. Hal ini memunculkan spekulasi bahwa pertemuan OPEC+ berikutnya bisa menghasilkan keputusan untuk melonggarkan kebijakan pengendalian pasokan. Jika itu terjadi, risiko kelebihan suplai minyak akan meningkat, memperparah tekanan harga di pasar.
Di sisi lain, ketidakpastian juga datang dari sisi permintaan akibat konflik dagang AS-China yang kembali memanas. Langkah tarif baru dari AS direspons oleh wacana pembalasan dari China, memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global yang dapat mengurangi konsumsi energi secara keseluruhan.
Dalam kondisi ini, pasar minyak berada dalam fase konsolidasi teknikal sembari menanti data persediaan minyak mentah AS serta perkembangan kebijakan dagang global yang akan sangat menentukan arah pergerakan harga dalam waktu dekat.