Indonesia Dapat Lampu Hijau Awal dari AS untuk Negosiasi Tarif Resiprokal
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang mendapat kesempatan dari Amerika Serikat untuk memulai proses negosiasi tarif resiprokal. Hal ini ia sampaikan dalam konferensi pers bertajuk “Perkembangan Terkini Negosiasi dan Diplomasi Perdagangan Indonesia-Amerika Serikat” yang digelar di Washington, DC dan dipantau secara daring dari Jakarta, Jumat. Selain Indonesia, negara-negara seperti Vietnam, Jepang, dan Italia juga sudah menjalin komunikasi awal dengan pihak AS.
Airlangga menjelaskan bahwa delegasi Indonesia secara aktif menjalin komunikasi dengan pejabat tinggi Amerika, termasuk melalui pertemuan daring dengan Secretary of Commerce AS, Howard Lutnick. Kedua negara sepakat menyelesaikan negosiasi tarif dalam kurun waktu 60 hari ke depan. Respons dari Amerika dinilai cukup positif terhadap berbagai usulan yang diajukan Indonesia, dan kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pembahasan teknis yang ditargetkan menghasilkan solusi yang saling menguntungkan.
Dalam perundingan tersebut, Indonesia menawarkan peningkatan pembelian energi dari AS seperti LPG, minyak mentah, dan gasoline. Selain itu, Indonesia juga berniat meningkatkan impor produk agrikultur seperti gandum, kedelai, susu kedelai, dan barang modal dari Amerika. Pemerintah Indonesia juga memberikan dukungan terhadap operasional perusahaan-perusahaan AS di tanah air, terutama dalam hal perizinan dan insentif.
Tak hanya itu, Indonesia turut menawarkan kerja sama terkait mineral penting serta prosedur impor untuk produk hortikultura. Pemerintah mendorong model investasi business to business serta penguatan kolaborasi di bidang pendidikan, teknologi, ekonomi digital, dan jasa keuangan yang dianggap menguntungkan pihak AS.