Pergeseran Tanah di Tasikmalaya Meluas: Puluhan Rumah Hancur, Warga Mengungsi dalam Ketakutan
Bencana pergeseran tanah di Kampung Margamulya, Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, terus meluas dan menyebabkan kerusakan yang semakin parah. Jika pekan sebelumnya hanya 33 rumah terdampak, kini jumlahnya melonjak menjadi 92 rumah. Dari jumlah tersebut, 42 rumah mengalami kerusakan berat. Selain itu, satu masjid dan dua bangunan madrasah juga mengalami kerusakan parah, sementara 14 kolam ikan milik warga turut terdampak akibat retakan tanah.
Kepala Desa Cikondang, Eros Rosita, mengonfirmasi situasi ini dan memastikan bahwa penghuni 42 rumah yang rusak berat telah dievakuasi demi keselamatan mereka. Sebagian warga mengungsi ke aula kantor desa, sementara lainnya tinggal di rumah kerabat. Pemerintah desa telah mendirikan tenda darurat, dan petugas gabungan berjaga selama 24 jam untuk memastikan keamanan warga.
Eros mengungkapkan kesedihannya melihat warganya hidup dalam ketakutan, terutama karena curah hujan yang tinggi belakangan ini meningkatkan risiko pergeseran tanah lebih lanjut. Kerugian materi yang dialami warga cukup besar, terutama karena retakan tanah menyebabkan kolam ikan mengering secara tiba-tiba, memaksa warga menjual ikan mereka dengan tergesa-gesa. Selain itu, sebuah tower BTS dilaporkan miring akibat pergerakan tanah.
Sementara itu, tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah datang untuk melakukan penelitian di lokasi. Eros mengatakan bahwa mereka masih menunggu hasil penelitian dan rekomendasi dari tim ahli terkait langkah penanganan yang tepat.
Di sisi lain, warga yang terdampak seperti Nana Rohana (42) menceritakan pengalaman mengerikan yang dialaminya. Retakan pertama muncul di rumahnya pada akhir Januari setelah hujan deras, dan sejak itu, pergerakan tanah terus berlanjut setiap hari, menyebabkan kerusakan yang semakin parah. Dinding rumahnya retak, keramik lantai pecah, dan struktur bangunan mengalami perubahan signifikan. Nana, bersama istri dan anaknya, akhirnya memutuskan untuk mengungsi ke rumah saudara demi keselamatan mereka.
Yang membuat Nana semakin terpukul adalah kenyataan bahwa rumahnya baru saja selesai direnovasi tiga bulan lalu. Namun, dalam waktu seminggu, kerusakan akibat pergeseran tanah merusak hampir seluruh bagian rumahnya. Suara retakan dan dinding yang berderak setiap saat membuat mereka tidak bisa tidur nyenyak.
Dengan kondisi yang semakin memprihatinkan, Nana berharap pemerintah segera memberikan solusi untuk membantu warga yang terdampak. “Kami bingung harus bagaimana. Semoga ada perhatian dari pemerintah untuk kondisi rumah kami,” ujarnya dengan harapan agar kehidupan mereka bisa kembali normal.