Judul: Inflasi AS Menurun, Rupiah Tampil Perkasa di Tengah Ketidakpastian Global
Nilai tukar rupiah berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di akhir pekan ini, seiring meredanya tekanan dari inflasi AS yang menunjukkan pelambatan. Berdasarkan data Refinitiv, pada Jumat (11/4/2025), rupiah ditutup pada level Rp16.790 per dolar AS, menguat tipis sebesar 0,03% dibandingkan penutupan sebelumnya di angka Rp16.795. Penguatan ini menjadi lanjutan dari tren positif sejak perdagangan Kamis lalu, meski secara mingguan mata uang Garuda masih terkoreksi sebesar 1,42%.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) turut melemah cukup signifikan. Hingga pukul 14:54 WIB, DXY tercatat menurun 0,92% menjadi 99,94, dari sebelumnya 100,87. Pelemahan ini terjadi setelah data terbaru menunjukkan inflasi tahunan di AS pada bulan Maret 2025 turun menjadi 2,4%, yang merupakan level terendah sejak September dan lebih baik dari prediksi pasar sebesar 2,6%. Data tersebut memicu ekspektasi bahwa tekanan kenaikan suku bunga akan berkurang, sehingga membuat dolar AS cenderung melemah.
Di sisi lain, sentimen global ikut membaik setelah mantan Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan penundaan selama 90 hari terhadap kebijakan tarif tinggi bagi sebagian besar negara. Langkah ini disebut Trump sebagai respons atas itikad baik dari mitra dagang yang tidak melakukan balasan. Pernyataan tersebut disampaikan lewat unggahan di platform X pada Kamis malam.
Kondisi ini memberikan ruang bagi rupiah untuk bergerak positif, meski penguatannya belum terlalu besar.