Indonesia Perlu Evaluasi Kebijakan Perdagangan untuk Menjaga Hubungan dengan AS
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyarankan agar Indonesia melakukan evaluasi terhadap kebijakan perdagangannya dengan Amerika Serikat (AS) guna menjaga hubungan dagang yang saling menguntungkan. Menurut Josua, Indonesia perlu memperbaiki kebijakan perdagangan yang dianggap proteksionis serta meningkatkan transparansi dalam perizinan impor, sambil memastikan kepatuhan terhadap standar internasional yang berlaku. Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan tarif Indonesia dinilai telah menghambat perdagangan, terutama pada produk-produk yang bersaing langsung dengan produksi lokal. AS mengkritik tarif Indonesia yang terus meningkat, terutama untuk barang elektronik, kosmetik, obat-obatan, dan produk pertanian.
Selain masalah tarif, sistem perizinan impor yang tumpang tindih dan kompleks juga menjadi sorotan. AS mengkritik penerapan sistem commodity balance yang menyebabkan ketidakpastian bagi pelaku usaha. Pembatasan impor pada produk penting seperti gula, beras, dan buah-buahan juga menjadi hambatan bagi eksportir AS. Selain itu, peraturan terkait sertifikasi halal yang diberlakukan tanpa konsultasi yang cukup dengan WTO juga dianggap memberatkan. Jika kebijakan ini terus berlanjut, hubungan perdagangan Indonesia dengan AS bisa terancam, dan Indonesia bisa menghadapi langkah balasan berupa tarif tinggi atau hambatan perdagangan serupa.
Selain itu, investasi asing dari AS yang selama ini berperan penting dalam perekonomian Indonesia, bisa terpengaruh oleh kebijakan ini. Oleh karena itu, Josua menyarankan agar Indonesia mengutamakan dialog intensif dengan AS melalui kerangka Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) untuk mengatasi masalah ini secara konstruktif.