IHSG Bergerak Bak Jungkat-Jungkit di Awal Perdagangan, Simak Tips Memilih Saham Sesuai Profil Risiko
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pergerakan fluktuatif pada awal perdagangan hari ini. Berdasarkan data RTI pada Jumat, 21 Februari 2025, IHSG dibuka di level 6.788,04. Namun, hanya dalam waktu 10 menit, indeks menunjukkan pergerakan naik-turun yang mencerminkan sentimen pasar yang beragam. Pada pukul 09.10 WIB, IHSG tercatat naik sebesar 0,2 persen atau bertambah 13,15 poin ke level 6.801,56. Sepanjang sesi perdagangan pagi ini, IHSG sempat menyentuh level terendah di 6.774 dan level tertinggi di 6.806,82. Volume perdagangan mencapai 1,16 miliar saham dengan total nilai transaksi sebesar Rp1,08 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 208 saham mengalami penguatan, 180 saham melemah, dan 193 saham stagnan.
Berinvestasi di pasar saham memerlukan strategi yang sesuai dengan karakteristik dan toleransi risiko masing-masing investor. Salah satu langkah awal yang penting adalah memahami profil risiko pribadi. Bagi investor konservatif yang mengutamakan stabilitas, saham blue chip seperti BBCA, TLKM, atau UNVR dapat menjadi pilihan karena memiliki fundamental yang kuat dan fluktuasi yang relatif rendah. Sementara itu, investor dengan profil risiko moderat dapat mempertimbangkan saham-saham dengan potensi pertumbuhan tinggi di sektor konsumsi atau teknologi, seperti ICBP atau GOTO. Adapun investor agresif yang siap menghadapi volatilitas tinggi bisa melirik saham-saham second liner atau sektor komoditas seperti ANTM atau ADRO yang sering kali menawarkan peluang keuntungan lebih besar.
Selain memahami profil risiko, analisis terhadap kinerja dan fundamental perusahaan juga krusial sebelum memutuskan untuk membeli saham. Calon investor perlu memeriksa laporan keuangan, rasio utang, dan pertumbuhan laba perusahaan. Rasio PER (Price to Earnings Ratio) dan PBV (Price to Book Value) dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai apakah saham tersebut memiliki valuasi yang wajar atau tidak. Diversifikasi portofolio juga menjadi kunci untuk meminimalkan risiko. Hindari menempatkan seluruh dana pada satu saham saja, melainkan kombinasikan saham blue chip dengan saham yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi agar risiko dapat terkelola dengan lebih baik.
Selain faktor internal perusahaan, investor juga perlu memperhatikan tren makroekonomi yang dapat memengaruhi pergerakan harga saham. Perubahan suku bunga, tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing sering kali berdampak langsung terhadap kinerja emiten di berbagai sektor. Dengan memahami strategi ini dan mengikuti perkembangan pasar secara berkala, investor dapat lebih percaya diri dalam memilih saham yang sesuai dengan tujuan investasinya. Namun, penting untuk selalu melakukan riset dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi guna meminimalkan risiko kerugian.