https://acompanhanteslisboa.net

Banjir di Malaka NTT: Warga Keluhkan Gagal Panen dan Dampak Parah

Hujan deras yang melanda Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyebabkan Sungai Benenain meluap dan membanjiri rumah warga di tujuh desa pada Minggu dini hari (29/12/2024) sekitar pukul 01.00 WITA. Desa-desa yang terdampak antara lain Desa Fahiluka, Lawalu, Motaain, Naimana, Forek Modok, Oan Mane, dan Sikun.

Kondisi Warga dan Dampak Banjir

Banjir yang merendam rumah warga memicu kekhawatiran besar di tengah masyarakat. Situasi ini semakin parah karena tanggul Sungai Benenain yang jebol akibat Badai Seroja pada 2021 hingga kini belum diperbaiki.

Tak hanya rumah, banjir juga mengancam lahan pertanian seperti jagung, padi, dan umbi-umbian yang menjadi sumber penghidupan warga. Selain itu, pakan ternak seperti rumput lapang turut rusak akibat tertimbun lumpur tebal.

“Kami benar-benar gelisah dengan kondisi banjir yang terus mengancam, apalagi menjelang tahun baru 2025,” ujar Jhefri Araujo, salah satu warga Desa Fahiluka.

Jhefri menjelaskan bahwa banjir awalnya hanya setinggi 30 cm, namun terus meningkat hingga mencapai ketinggian satu meter. Di beberapa titik, air bahkan melampaui dua meter, menyebabkan rumah-rumah warga terendam sepenuhnya.

“Air mulai naik sekitar pukul 01.00 WITA dan baru surut sekitar pukul 05.00 WITA. Namun, lumpur tebal tertinggal di rumah kami,” tambah Jhefri.

Dampak Terburuk di Desa Motaain dan Lawalu

Dari tujuh desa yang terdampak, Desa Motaain di Kecamatan Malaka Barat dan Desa Lawalu di Kecamatan Malaka Tengah menjadi wilayah paling parah. Kedua desa ini memang langganan banjir setiap tahun karena letaknya yang berdekatan dengan Sungai Benenain.

Desa Motaain, yang dikenal sebagai penghasil pisang dan sayuran untuk pasar di Pulau Timor, termasuk Kota Kupang, kini menghadapi ancaman serius terhadap produksi pertaniannya.

“Setiap hujan deras, rumah-rumah di Desa Motaain dan Lawalu pasti kebanjiran, sebelum air meluas ke desa lain,” jelas Jhefri.

Kesulitan Pasca-Banjir

Setelah banjir surut, warga harus berjibaku membersihkan lumpur, kayu, dan sampah plastik yang terbawa banjir ke dalam rumah.

“Sejak pagi kami sibuk membersihkan lumpur dan sampah-sampah yang tertinggal. Kondisi ini benar-benar menyulitkan,” ungkap Egy Tahu, warga setempat.

Egy berharap agar pemerintah segera memperbaiki tanggul Sungai Benenain untuk mencegah banjir di masa mendatang. “Jika tanggul ini terus dibiarkan rusak, kami akan terus menghadapi bencana banjir setiap tahun,” katanya.

Upaya Pemerintah untuk Membantu Warga

Bupati Malaka, Simon Nahak, mengungkapkan bahwa pihaknya telah memerintahkan Dinas Sosial Kabupaten Malaka untuk menyalurkan bantuan berupa air bersih, makanan siap saji, dan kebutuhan lainnya kepada warga terdampak.

“Air bersih sudah didistribusikan ke lokasi-lokasi terdampak banjir,” ujar Simon.

Selain itu, Dinas PUPR Kabupaten Malaka juga telah diperintahkan untuk mengecek kondisi tanggul yang kemungkinan rusak. Simon menegaskan bahwa seluruh kepala dinas telah diminta turun langsung ke lapangan untuk menangani situasi darurat ini.

“Selama saya berada di luar, tugas-tugas di lapangan sudah saya delegasikan kepada Wakil Bupati dan Sekretaris Daerah,” tambahnya.

Kesimpulan

Hujan lebat yang memicu luapan Sungai Benenain menjadi pengingat akan pentingnya infrastruktur tanggul yang memadai. Dengan tujuh desa terdampak dan kerugian besar yang dialami warga, perbaikan tanggul menjadi prioritas utama untuk mencegah bencana serupa di masa mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *